© 2022 Freepik.com/lifestylememory
Cara pasangan berkomunikasi agar hubungan semakin langgeng banyak macamnya. Ada deep talk (obrolan mendalam), ada juga melalui baby talk (berbicara seperti bayi).
Model pembicaraan ini biasanya dilakukan saat hanya berduaan saja dengan pasangan. Keduanya ini juga menjadi hal yang bisa membuat ikatan dengan pasangan semakin kuat.
Dilansir dari NBC News, baby talk merupakan jenis komunikasi yang menyerupai cara Anda berbicara dengan bayi, anak, atau bahkan hewan peliharaan. Namun, ini diakukan bareng pasangan.
Kata-kata seperti " Sheyenk!" , " Aku mau mamam" , atau " Kamu kok gitu ciihh?!" dengan suara yang dibuat seperti bayi ini dimaksudkan untuk bermanja-manja dengan pasangan. Biasanya pasangan yang melakukan ini justru memiliki tingkat kekuatan hubungan asmara lebih dalam, lho!
Dr. Antonia Hall, seorang psikolog yang berspesialisasi dalam hubungan percintaan mengatakan, semua kalimat di atas sangat umum dalam hubungan romantis dewasa.
" Baby talk adalah sinyal kedekatan, yang merupakan metode 'pencerminan' untuk menimbulkan emosi positif, dan menumbuhkan keterikatan yang aman dengan satu sama lain," katanya.
Meski terkesan menggelikan, ternyata baby talk terhadap pasangan ini memiliki alasan logis dan bermanfaat bagi hubungan jangka panjang, lho!
" Ini menunjukkan keinginan untuk memelihara pasangan dan ikatan yang terjadi di antara kalian berdua," imbuh dr. Antonia Hall.
Antonia menambahkan, cara berkomunikasi ini meniru pengalaman ikatan pertama yang kita miliki di dunia, biasanya dengan ibu atau pengasuh kita aman masih kecil.
Ketika orang tua berbicara seperti kepada anak-anak mereka, itu adalah cara untuk membangun cinta, ikatan, kasih sayang, dan rasa aman. Hal ini pula berlaku dalam hubungan romantis orang dewasa.
Bahkan, menurutnya seseorang memiliki kecenderungan menggunakan suara yang biasa dibuat oleh bayi kepada pasangan kita. " Pasangan yang menggunakan suara bayi dalam nama panggilan yang penuh kasih sayang, secara intrinsik meniru apa yang didengar dari orang tua saat mengasuh kita dulu," katanya.
Senada dengan itu, Dr. Kathryn Smerling, seorang terapis keluarga di New York, Amerika Serikat juga meyakini konsep ini tepat untuk langgengnya sebuah hubungan.
" Beberapa orang mungkin menyebutnya sebagai bahasa cinta antara pasangan, tetapi istilah klinis yang lebih umum dikenal sebagai regresi, atau 'infant directed speech'," jelasnya.
" Dalam teori psikoanalitik, seorang individu kembali ke perilaku mereka di tahap perkembangan, dan mereka mungkin meniru tingkah laku kekanak-kanakan, seperti ucapan," lanjutnya.
" Hal ini sebenarnya sangat umum dan sebagian besar pasangan melakukannya ketika mereka ingin menunjukkan kerentanan atau sebagai cara untuk lebih dekat dengan cara yang intim," ungkapnya.
Meski baby talk dalam hubungan sangat manusiawi, namun harus tetap dilakukan sesuai pada tempatnya. Karena, jika dilakukan di tempat umum tidak semua orang akan tahan degan itu.
Ada beberapa situasi yang mungkin lebih baik untuk dihindari saat memakai gaya bahasa ini dengan pasangan. Pertama, saat kita berada di tempat umum. Baby talk biasanya akan menarik perhatian orang lain, jadi sebaiknya kamu dan pasangan membatasi perilaku bonding di depan umum.
Kedua, selama percakapan serius ini kurang cocok untuk dilakukan. Karena situasi ini lebih membutuhkan komunikasi orang dewasa yang jujur dan terbuka. Ketiga, saat pasangan enggan menggunakannya. Meskipun kita telah terbiasa menggunakan bahasa bayi, terkadang ada rasa jenuh menghampiri. Jika bahasa bayi mengganggu pasangan kita, sebaiknya hentikan lebih dulu karena justru akan menjadi bumerang bagi hubungan ini.
Cobalah membaca isyarat nonverbal dari pasanganmu ya. Apakah pasangan menginginkannya atau justru sebaliknya. Sehingga, saat ingin bermanjaan dengan baby talk akan lebih hidup deh.