Pengertian Toxic Masculinity Beserta Ciri dan Cara Mencegahnya

Reporter : Andrawira Diwiyoga
Selasa, 14 Mei 2024 15:47
Pengertian Toxic Masculinity Beserta Ciri dan Cara Mencegahnya
Toxic masculinity hanya "racun" bagi kaum pria.

Masih banyak orang yang berpegang teguh pada pemahaman toxic masculinity. Seperti kita semua sadari, pria diibaratkan sebagai sosok yang tangguh dan kuat. Pemahaman ini membuat pria tidak boleh terlihat lemah atau memperlihatkan kelemahannya.

Tidak sedikit juga yang mengatakan kalau pria tidak boleh menangis atau cerewet. Sikap seperti ini sebenarnya sudah termasuk dalam toxic masculinity.

Lalu, apa sih toxic masculinity itu? Apa dampak toxic masculinity bagi pria? Yuk disimak guys.

1 dari 4 halaman

Apa Itu Toxic Masculinity?

Toxic Masculinity© shutterstock.com

Toxic masculinity merupakan konsep atau pemikiran yang mengacu pada norma-norma dan ekspektasi sosial yang menekankan sifat maskulin yang berlebihan dan merugikan. Istilah ini biasanya menggambarkan perilaku dan sikap yang diajarkan kepada laki-laki sejak kecil untuk menunjukkan kekuatan, dominasi, dan kurangnya emosi, serta penekanan pada agresi dan kontrol.

Dalam konsepnya, perasaan dianggap sebagai kelemahan dan kejantanan merupakan hal yang dipandang kuat, tangguh, dan berwibawa. Jadi, toxic masculinity mengatakan jika pria harus mampu untuk menahan emosi atau perasaannya, seperti sedih, dalam kondisi apapun. Pria harus menunjukkan sikap dominan layaknya adat patriarki.

Anggapan bahwa pria tidak boleh melakukan berbagai aktivitas atau hanya memiliki minat yang berhubungan dengan kaum hawa juga termasuk toxic masculinity lho. Seperti contoh, memasak, menjahit, atau melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga. Toxic masculinity bakal mengatakan kalau hal-hal tersebut bukan aktivitas yang dilakukan oleh seorang pria.

Toxic masculinity tentu saja akan merugikan kaum pria. Toxic masculinity tidak hanya merugikan individu pria dengan cara mengekang ekspresi emosional mereka dan menciptakan tekanan untuk mematuhi standar yang tidak realistis, tetapi juga berdampak negatif pada masyarakat secara keseluruhan dengan menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan tidak setara.

2 dari 4 halaman

Apa saja Ciri-ciri Toxic Masculinity?

Toxic Masculinity© shutterstock.com

Perilaku toxic masculinity bisa kamu lihat dari kebiasaan atau sikap seseorang. Tidak hanya pria, perempuan juga bisa banget memiliki pemikiran toxic masculinity. Ada beberapa ciri dari toxic masculinity yang perlu kamu ketahui, yaitu:

Penekanan pada Kekerasan dan Agresi

Dorongan untuk menunjukkan kekuatan fisik dan agresi sebagai cara untuk menyelesaikan konflik atau membuktikan diri.

Penolakan pada Emosi

Laki-laki sering diajarkan untuk tidak menunjukkan atau membicarakan emosi mereka, karena dianggap sebagai tanda kelemahan.

Dominasi terhadap Perempuan

Sikap dan perilaku yang menempatkan laki-laki sebagai superior dan mengontrol perempuan.

Homofobia

Ketidakmampuan untuk menerima atau memahami identitas dan orientasi seksual yang berbeda dari norma heteroseksual yang diterima secara umum.

Independen Berlebihan

Penekanan pada kemandirian ekstrem dan penolakan terhadap bantuan atau kerjasama, karena dianggap tanda kelemahan.

3 dari 4 halaman

Apa Dampak dari Toxic Masculinity?

Toxic Masculinity© shutterstock.com

Dampak dari toxic masculinity tidak hanya diterima oleh pria saja lho, masyarakat luas juga terkena efeknya. Berikut ini adalah dampak toxic masculinity bagi pria:

Penekanan Emosi

Laki-laki yang dibesarkan dengan nilai-nilai toxic masculinity sering merasa harus menekan emosi mereka, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres.

Kesulitan dalam Hubungan

Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi dan kerentanan dapat mengganggu kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat dan mendukung, baik dalam konteks keluarga, persahabatan, maupun hubungan romantis.

Agresi dan Kekerasan

Dorongan untuk menunjukkan kekuatan dan dominasi dapat meningkatkan kecenderungan untuk bertindak agresif atau melakukan kekerasan, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.

Perilaku Berisiko

Norma toxic masculinity yang mengagungkan ketangguhan fisik dan kemandirian ekstrem dapat mendorong perilaku berisiko seperti penyalahgunaan alkohol, penyalahgunaan narkoba, dan pengabaian kesehatan diri.

Perundungan dan Kekerasan

Laki-laki yang tidak sesuai dengan stereotip maskulinitas tradisional sering menjadi sasaran perundungan, kekerasan, dan marginalisasi.

Tidak hanya berdampak para pria, toxic masculinity juga ada efeknya terhadap perempuan maupun masyarakat luas. Berikut adalah dampaknya:

Kekerasan terhadap Perempuan

Norma yang mendukung dominasi laki-laki dapat meningkatkan insiden kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual.

Diskriminasi dan Ketidaksetaraan

Toxic masculinity mendukung struktur sosial yang tidak setara di mana laki-laki dianggap lebih superior dibandingkan perempuan, yang dapat memperkuat diskriminasi gender dan ketidaksetaraan di berbagai bidang seperti pekerjaan, pendidikan, dan politik.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Mencegah Toxic Masculinity?

Toxic Masculinity© shutterstock.com

Di dunia, tidak sedikit budaya yang menjunjung tinggi toxic masculinity. Budaya patriarki merupakan buah dari toxic masculinity. Maka dar itu, butuh kontribusi dari banyak pihak yang terstrukur dan konsisi untuk mencegah toxic masculinity. berikut ini beberapa cara untuk mencegah atau mengurangi toxic masculinity:

Pendidikan Sejak Dini

Mengajarkan anak-anak tentang emosi, empati, dan keragaman gender sejak usia dini. Membantu mereka memahami bahwa tidak ada satu cara yang benar untuk menjadi laki-laki atau perempuan.

Promosi Kesehatan Mental

Mendorong laki-laki untuk terbuka tentang perasaan mereka dan mencari bantuan ketika diperlukan. Menghilangkan stigma terkait dengan mencari bantuan untuk masalah mental.

Layanan Konseling

Menyediakan layanan konseling yang ramah gender dan mendukung bagi laki-laki, serta mengedukasi mereka tentang pentingnya kesehatan mental.

Peran Orang Tua

Orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan perilaku yang inklusif dan menghargai perbedaan. Mengajarkan anak-anak laki-laki untuk menghormati semua gender dan mengungkapkan emosi mereka dengan sehat.

Dialog Terbuka

Mendorong komunikasi terbuka dalam keluarga tentang perasaan, harapan, dan peran gender, serta mendukung anak-anak dalam mengeksplorasi identitas mereka tanpa tekanan untuk memenuhi ekspektasi gender tradisional.

Lingkungan Kerja yang Inklusif

Menciptakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dan lingkungan kerja yang inklusif. Ini termasuk kebijakan anti-pelecehan, cuti parental yang adil, dan dukungan untuk kesehatan mental.

Pelatihan Kepekaan Gender

Mengadakan pelatihan untuk karyawan tentang kesetaraan gender, bias tidak sadar, dan cara mendukung rekan kerja dari berbagai latar belakang gender.

Kampanye Kesadaran

Melakukan kampanye kesadaran masyarakat tentang dampak negatif toxic masculinity dan pentingnya kesetaraan gender.

Komunitas Pendukung

Membangun komunitas yang mendukung ekspresi gender yang beragam dan menyediakan ruang aman bagi laki-laki untuk berbicara tentang pengalaman mereka tanpa takut dihakimi.

Itulah beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang toxic masculinity. Toxic masculinity memang tidak akan hilang sepenuhnya dari masyarakat kita, namun tetap bisa dikurangi.

Beri Komentar