© Shutterstock.com
Tidak ada hal bagus dalam kata "toxic positivity" merskipun ada kata positif di dalamnya. Semua orang tahu dan paham bahwa emosi negatif itu tidaklah baik bagi tubuh. Emosi negatif tidak hanya akan mengganggu pemikiran, namun juga kesehatan tubuh.
Maka dari itu, berpikir positif merupakan salah satu hal untuk mengatasi yang namanya emosi negatif. Namun, semua hal yang berlebihan juga tidak baik, berpikiran positif juga termasuk. Berlebihan dalam memaksakan pemikiran positif dan mengesampingkan emosi negatif juga tidak baik lho.
Hal ini disebut juga dengan toxic positivity. Yuk ketahui tentang apa itu toxic positivity beserta dengan dampak dan cara menghindarinya.
© shutterstock.com
Toxic positivity merupakan fenomena di mana seseorang atau kelompok orang menekankan pemikiran atau sikap positif secara berlebihan, bahkan dalam situasi di mana itu tidak realistis atau tidak sesuai. Ini dapat terjadi ketika seseorang menolak untuk mengakui atau mengungkapkan emosi negatif, menganggap bahwa hanya pemikiran atau perasaan positif yang dapat diterima.
Dalam konteks yang lebih luas, ini juga bisa merujuk pada tekanan sosial untuk selalu berpura-pura bahagia atau optimis tanpa memperhatikan pengalaman emosional yang sebenarnya. Toxic positivity dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan dengan cara yang sehat dan alami, dan juga dapat membuat orang lain merasa tidak diakui atau tidak dihargai dalam pengalaman emosional mereka.
© shutterstock.com
Ada beberapa ciri dari toxic positivity yang sering kali tidak dirasakan oleh mereka yang mengalaminya. Berikut ini adalah beberapa ciri dari toxic positivity:
Individu atau kelompok yang terlibat dalam toxic positivity cenderung menolak atau mengabaikan emosi negatif, seperti sedih, marah, atau kecemasan, dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pantas atau tidak layak untuk diungkapkan.
Mereka cenderung mengurangi atau meremehkan pengalaman emosional orang lain dengan memberikan respons yang sepele atau kurang empati terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain.
Toxic positivity sering kali menolak untuk mengakui atau berbicara tentang kekurangan atau kegagalan, menganggap bahwa hanya pemikiran atau perasaan positif yang penting.
Terjadi tekanan sosial untuk selalu berpura-pura bahagia atau optimis, bahkan dalam situasi di mana itu tidak realistis atau tidak sesuai dengan pengalaman yang sebenarnya.
Mereka yang terjebak dalam toxic positivity cenderung tidak mempertimbangkan atau mengakui pengalaman pribadi orang lain, dan mungkin menganggap bahwa orang lain seharusnya " memiliki sikap positif" tanpa memperhatikan konteks atau kebutuhan individu tersebut.
Kekurangan empati terhadap pengalaman emosional orang lain adalah salah satu ciri yang paling khas dari toxic positivity. Orang-orang yang terjebak dalam pola perilaku ini mungkin tidak mampu atau tidak mau memahami atau merasakan perasaan orang lain.
Dalam upaya untuk mempertahankan citra positif, mereka mungkin mengabaikan masalah yang sebenarnya ada, baik pada tingkat individual maupun sosial.
Mereka cenderung meminimalkan atau mengabaikan dampak negatif dari situasi atau peristiwa tertentu, fokus hanya pada aspek positifnya, bahkan jika itu tidak realistis atau tidak bermanfaat.
Orang yang terlibat dalam toxic positivity mungkin cenderung menghindari pembicaraan yang menimbulkan emosi negatif atau diskusi yang tidak nyaman, sehingga tidak mengatasi masalah yang sebenarnya.
Mereka cenderung menciptakan standar yang tidak realistis atau tidak manusiawi untuk diri sendiri dan orang lain, dengan mengharapkan bahwa semua orang harus selalu bahagia, optimis, dan positif tanpa kegagalan.
© shutterstock.com
Sudah ditekankan dengan jelas bahwa tidak ada dampak yang baik dalam toxic positivity. Berikut ini adalah dampak atau efek dari toxic positivity:
Toxic positivity dapat menyebabkan individu mengabaikan atau menekan emosi negatif mereka, seperti sedih, marah, atau cemas. Ini dapat mengakibatkan penumpukan emosi yang tidak sehat dan meningkatkan risiko gangguan mental.
Ketika orang-orang merasa tekanan untuk selalu bersikap positif, mereka mungkin merasa tidak diakui atau didukung dalam mengatasi kesulitan emosional mereka. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kurangnya dukungan mental.
Dengan mengabaikan atau meremehkan emosi negatif dan kesulitan yang mendasari, toxic positivity dapat mencegah individu dari mengatasi masalah secara efektif. Ini bisa menghambat proses pemulihan dan pertumbuhan pribadi.
Dengan mendorong pandangan bahwa hanya pemikiran atau perasaan positif yang diterima, toxic positivity dapat meningkatkan stigma terhadap gangguan mental. Individu mungkin merasa malu atau tidak nyaman untuk mencari bantuan jika mereka mengalami kesulitan emosional.
Keseimbangan emosional yang sehat melibatkan pengakuan dan penerimaan baik emosi positif maupun negatif. Toxic positivity dapat mengganggu keseimbangan ini dengan menekankan hanya pada aspek positif, sehingga mengurangi kepekaan emosional individu.
Ketika seseorang secara terus-menerus ditekan untuk bersikap positif, ini bisa mengakibatkan ketidakcocokan dalam hubungan interpersonal. Kurangnya empati dan pengakuan terhadap pengalaman emosional orang lain dapat menyebabkan ketegangan dan konflik.
Toxic positivity dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan perkembangan karena individu mungkin tidak menghadapi atau memproses emosi dan tantangan dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Dengan meminimalkan atau mengabaikan emosi negatif, individu mungkin mengalami penurunan kepuasan hidup karena mereka tidak dapat mengatasi masalah dan konflik secara memadai.
Resiliensi melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dan pulih dari kesulitan. Toxic positivity dapat mengurangi resiliensi dengan menghambat individu dari menghadapi dan mengatasi tantangan secara efektif.
Ketika norma toxic positivity ditekan pada tingkat masyarakat, hal ini dapat meningkatkan ketidaksetaraan sosial dengan mengabaikan atau meremehkan pengalaman emosional orang-orang yang kurang beruntung atau berada dalam situasi yang sulit.
© shutterstock.com
Kita sudah mengetahui seperti apa dampak buruk dari yang namanya toxic positivity. Kamu tidak perlu khawatir, berikut ini adalah beberapa cara untuk bisa mengatasi kondisi toxic positivity:
Penting untuk mengembangkan kesadaran diri tentang pola pikir dan perilaku yang mungkin mencerminkan toxic positivity. Mengakui dan memahami bagaimana kamu merespons emosi, baik positif maupun negatif, adalah langkah pertama untuk mengubah pola yang tidak sehat.
Belajar menerima dan menghargai seluruh spektrum emosi, termasuk yang negatif, adalah kunci untuk menyembuhkan toxic positivity. Ini termasuk memahami bahwa emosi negatif adalah bagian alami dari pengalaman manusia dan memiliki nilai penting dalam proses pemahaman diri dan pertumbuhan pribadi.
Meningkatkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain dapat membantu mengurangi pola perilaku toxic positivity. Dengan mengembangkan empati, individu menjadi lebih sensitif terhadap pengalaman emosional orang lain dan mampu memberikan dukungan yang lebih baik.
Menetapkan batasan yang sehat dalam interaksi sosial dan lingkungan dapat membantu melindungi diri dari tekanan untuk bersikap positif secara berlebihan. Ini termasuk memilih untuk menghabiskan waktu dengan orang-orang yang mendukung dan memahami pengalaman emosional
Dengarkan kebutuhan dan perasaan diri sendiri dengan penuh perhatian. Menghormati dan mengakui emosi Anda sendiri adalah langkah penting dalam mempromosikan kesehatan mental dan emosional yang positif.
Menciptakan ruang untuk berbicara secara jujur tentang pengalaman emosional tanpa takut dihakimi atau diabaikan merupakan bagian penting dari menyembuhkan toxic positivity. Ini membantu dalam membangun hubungan yang kuat dan mendukung dengan orang lain.
Melibatkan diri dalam pendidikan tentang kesehatan mental dan memperjuangkan kesadaran akan pentingnya keseimbangan emosional dalam masyarakat dapat membantu dalam mengatasi pola perilaku toxic positivity secara lebih luas.
Menerima bahwa pertumbuhan pribadi melibatkan tantangan dan kesulitan adalah langkah penting dalam menyembuhkan toxic positivity. Ini memungkinkan individu untuk merayakan kemajuan dan pencapaian, sambil mengakui bahwa kesalahan dan kegagalan adalah bagian alami dari proses belajar.
Membangun dan memelihara hubungan yang mendukung dan penuh empati dapat membantu individu dalam mengatasi pola perilaku toxic positivity. Mendapatkan dukungan dari orang-orang yang peduli dapat memperkuat kesehatan mental dan emosional secara keseluruhan.
Itu tadi beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang toxic positivity. Semoga membantu ya Diazens.