© 2020 Https://www.diadona.id / Unsplash
Masih wajar kalau kamu rindu dengan pasanganmu karena kalian berdua sedang dalam hubungan jarak jauh. Masalahnya, nggak jarang rindu muncul tepat setelah kalian baru saja bertemu. Hal ini mungkin sudah terlalu membingungkan banyak orang sampai-sampai para ilmuwan turun tangan untuk meneliti hal ini secara keilmuan.
Ternyata, rasa rindu muncul karena andil dari reaksi kimia yang terjadi di kepalamu. Segala hal tentang cinta mengubah neurobiologi di otakmu, setidaknya begitu penjelasan dari Puja Parikh, LCSW--seorang psikoterapis--saat diwawancari oleh Bustle (31/12).
"Neurotransmiter melepaskan sinyal-sinyal baik waktu kamu berbagi momen dengan pasangan di mana kalian saling menjalin ikatan dan mengisinya dengan kebahagiaan," terang Parikh.
Otak akan melepaskan zat kimia seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin waktu kamu terikat dengan seseorang. Reaksi tersebut nggak cuma membuat kamu merasa senang, tapi juga memancing untuk membuatmu terus bertemu dengan stimulus penghasil zat kimia tersebut. Dalam hal ini, pasanganmu adalah stimulusnya.
Dr. Judy Ho, PhD, ahli neuropsikologi melanjutkan, " Hasrat untuk mencari stimulus itulah yang kemudian memunculkan perasaan yang dikenal sebagai rindu. Kamu akan terus begitu sampai bertemu lagi dengan stimulus, dalam hal ini pasanganmu."
Menurut Ho, rindu terbentuk dari kombinasi sosial, kepribadian, dan faktor biologis. Sebagai contoh, beberapa orang cenderung menjadi obsesif saat sedang merasakan rindu sementara sebagian lainnya tidak.
Tuntutan untuk bertemu stimulus waktu merasakan rindu ini memang wajar, namun kadang terasa memberaktkan kalau sampai harus mempengaruhi rutinitasmu sehari-hari. Misal, jadi sering melamun, nggak mood beraktivitas, atau jadi sulit nyambung waktu ngobrol.
Tara L. Skubella, seorang pakar relationship, menjelaskan bahwa rindu berpengaruh pada menurunnya level oksitosin dan dopamin dalam otak.
" Sentuhan fisik dan saling berinteraksi dari hati ke hati bisa mengembalikan oksitosin dan dopamin dalam otak. Kalau nggak memungkinkan, kamu bisa mencari pengalihan," ujar Skubella.
Skubella melanjutkan, " Kalau nggak memungkinkan untuk bertemu dan melakukan sentuhan fisik--seperti dalam hubungan jarak jauh--kamu bisa mengalihkannya dengan memeluk orangtua atau sahabatmu. Membelai hewan peliharanmu juga bisa membantu. Interaksi bisa digantikan dengan melakukan telepon atau video call."
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada 2013 dalam jurnal 'Indian Journal of Psychiatry', dijelaskan juga kalau meditasi, yoga, dan mengatur pernafasan juga bisa membantu untuk melepaskan oksitosin dan dopamin dengan sehat.
Rindu cuma satu fragmen dari sekian banyak yang terlibat dalam suatu hubungan. Selama kamu bisa mengatasinya dengan cara yang sehat, nggak masalah kalau kamu merasakan rindu setelah nggak bertemu selama tiga bulan atau tiga jam. Semua normal-normal saja.