© Shutterstock.com/g/GekkoGallery
Desa Panglipuran atau Penglipuran menjadi salah satu jujukan para wisatawan jika mengunjungi Pulau Dewata, Bali. Desa ini terkenal dengan penataannya yang rapi, kebersihan lingkungannya, serta bentuk rumah yang mirip satu sama lain.
Nah, di desa Panglipuran ini ada sebuah hutan bambu yang sangat terkenal. FYI, tanaman bambu menjadi ciri khas dan keunikan di daerah kecamatan Bangli, kabupaten Bangli. Hutan Bambu memang tersebar di beberapa desa, tapi yang paling terkenal berada di Desa Panglipuran.
Hutan bambu ini tak hanya menyajikan pemandangan indah, tapi juga punya sejarah dan kesakralan yang sangat dijaga kelestariannya. Lantas, seperti apa fakta mengenai Wisata Hutan Bambu ini? Yuk, simak ulasan selengkapnya!
1. Sejarah singkat hutan bambu di Bangli
Dilansir dari Prosiding Semnas Sastra dan Budaya II Universitas Udayana Bali, keberadaan bambu berkaitan dengan kerajaan-kerajaan kuno di Bali. Dikisahkan Raja Buleleng bernama Panji Sakit melakukan penyerangan ke Keraton Bangli.
Kala itu, ia membawa sanan atau pikulan dari bambu. Bambu-bambu ini lantas berserakan di mana-mana, sehingga oleh masyarakat akhirnya ditanam hingga menjadi hutan bambu.
Desa Panglipuran dikenal sebagai desa kuno yang ditinggali suku Bali Aga. Mereka memiliki hubungan yang sangat erat dengan Desa Bayung Gede, kecamatan Kintamani, Bangli.
Di zaman dahulu, Raja Bangli yang bergelar I Dewa Ayu Den Bencingah meminta sejumlah warga Bayung Gede untuk mengawal dan menjaga keratonnya. Usai kondisi aman, warga-warga ini diberi tempat perkebunan yang dinamakan Kubu Bayung. Tempat inilah yang sekarang dikenal sebagai desa Panglipuran.
2. Luasnya puluhan hektar
Seperti yang disebutkan sebelumnya, tanaman bambu memang menjadi ciri khas dan keunikan di kabupaten Bangli. Nggak heran kalau hutan Bambu di Bangli ini luasnya mencapai 45 hektar.
Saking luasnya, hutan ini akhirnya masuk dalam beberapa wilayah administrasi, seperti desa Panglipuran, desa Kayubihi, dan kelurahan Kubu. Panglipuran sendiri memiliki 40 persen wilayah hutan bambu.
3. Memiliki belasan jenis bambu
Hutan bambu dengan luas puluhan hektar ini menyimpan belasan jenis bambu. Di gerbang utama kawasan wisata hutan bambu ini, tercatat setidaknya ada 14 jenis bambu.
Masing-masing jenis bambu ini tentu punya fungsi yang berbeda. Bambu jenis petung, jajang, dan tali, digunakan untuk bahan bangunan. Selain itu, ada pula jenis bambu ampel, tambang, dan gading.
4. Digunakan untuk kelengkapan ritual
Tanaman bambu ini nggak hanya dibiarkan tumbuh, tapi juga dimanfaatkan untuk hal-hal penting. Selain dipakai untuk bahan bangunan, bambu di Panglipuran juga dipakai untuk kelengkapan ritual adat.
Bambu biasanya akan dipakai sebagai tiang pancang penjor, anyaman bambu tempat sesajen, serta penopang patung ogoh-ogoh yang muncul saat pawai menjelang Nyepi.
5. Dianggap sakral
Hutan bambu di Panglipuran ini dianggap sakral oleh masyarakat setempat, karena dianggap sebagai awal sejarah keberadaaan masyarakat di sana. Mereka juga meyakini jika menebang pohon harus di waktu-waktu tertentu agar terhindar dari hal buruk.
Mereka tidak memanen bambu saat musim hujan, dan rumpun bambu yang cocok ditebang pun diatur. Bambu-bambu di tempat ini nggak bisa ditebang sembarangan karena harus sesuai dengan prinsip keseimbangan manusia dan alam dalam Tri Hita Karana.
6. Dilestarikan turun-temurun
Kelestarian hutan bambu ini benar-benar dijaga turun-temurun. Bukan hanya karena dianggap sakral, tapi juga karena bambu memiliki banyak manfaat.
Keberadaan hutan bambu ini membuat masyarakat nggak akan kesulitan air tanah. Selain itu, bambu memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, bisa dijual untuk bahan baku atap, bangunan dapur, balai upacara, balai warga, serta kelengkapan berbagai kegiatan ritual.
Gimana, tertarik mengunjunginya?