© Flickr.com/uublik.id
Maulid Nabi adalah peringkatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW yang merupakan junjungan umat Islam. Sebagai negara dengan masyarakat mayoritas beragama Islam, tentu menjadikan momen Maulid Nabi sebagai perayaan sakral.
Meski begitu, setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki tradisi dan kebudayaan berbeda terkait dengan perayaan Maulid Nabi. Hal tersebut bergantung pada tardisi yang disesuaikan oleh kebudayaan di daerah masing-masing.
Ini dia 7 ragam tradisi Maulid Nabi di Indonesia yang unik dan syarat akan makna filosofis :
Perayaan Maulid Nabi di Padang Pariaman Sumatera Barat lazim disebut sebagai Bungo Lado atau yang berarti bunga cabai. Tradisi ini berupa pohon hias berdaunkan uang. Biasanya uang kertas dengan beragam nominal ditempel pada ranting-ranting pohon.
Uang-uang yang disematkan pada Bungo Lado biasanya dikumpulkan untuk pembangunan masjid atau kebutuhan umat lainnya. Makanya tak heran kalau Bungo Lado jadi kesempatan berharga bagi umat muslim untuk berkontribusi sebagai wujud rasa syukur dan nikmat yang diberikan Allah SWT.
Berbeda dengan Kesultanan Yogyakarta, Keraton Cirebon merayakan Maulid Nabi dengan melaksanakan Panjang Jimat yang digelar di keraton. Prosesi skaral ini lazim dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat di sekitar keraton.
Kemudian perayaan juga digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebob. Makam tersebut juga dipadati oleh oleh ribuan masyarakat untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad.
Kemudian ada tradisi Muludhen yang berasal dari Pulau Madura Jawa Timur. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan pembacaan berzanji (riwayat hidup Nabi) sembari diseling dengan ceramah keagamaan terkait kisah tauladan Nabi sebagai pegangan hidup.
Selain itu, para perempuan biasanya akan datang ke masjid atau musala dengan membawa talam yang diatasnya berisi tumpeng. Sedang di sekeliling tumpeng juga akan dipenuhi dengan beragam buah yang ditusuk menggunakan lidi.
Tradisi Kirab Ampyang lazim dilakukan di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah. Mulanya kegiatan ini adalah media penyiaran agama Islam yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya, Sultan Hadirin.
Penyajian makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan kerupuk adalah inti dari tradisi Kirab Ampyang. Lalu ampyang diarak mengelilingi desa sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa tersebut.
Biasanya, masing-masing peserta yang terlibat dalam kirab tersebut akan menampilkan vsualisasi tokoh-tokoh yang berjasa dalam pendirian Desa Loram Kulon dan juga visualisasi sejara Masjid At Taqwa.
Sesampainya di masjid Wali, hasil bumi dan ampyang yang dikiran kemudian didoakan bersama-sama. Lalu dibagikan pada warga setempat secara merata sebagai simbol keberkahan.
Lalu ada tradisi Grebek Maulud yan bermula dari kesultanan Mataram. Kata 'gerebeg' bermakna mengkuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton untuk merayakan Maulid Nabi. Grebek Maulid laimnya jga dilengkapi dengan beragam hasil bumi dan makanan.
Puncak Grebek Maulid biasanya dilakukan dengan iringan gunungan yang dibawa ke Masjid Agung. Setelah berdoa bersama dan upacara persembahan ke hadiiran Tuha Yang Maha Kuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum.
Di Gorontalo, perayaan Maulid Nabi dilakukan dengan tradisi Walima yang konon sudah dilakukan sejak kerajaan-kerajaan Islam ada. Hingga saat ini, tradisi tersebut dilakukan secara turun temurun sehingga bisa tetap lestari.
Biasanya masyarakat menyiapkan kue-kue tradisional seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun sedemikian rupa dan diarak dari rumah menuju masjid terdekat.
Kue-kue tradisional tersebut dikemas secara menarik, kemudian diarak mengelilingi desa menggunakan beragam kendaraan. Setelah diarak kue-kue tradisional tersebut akan dibagikan ke masyarakat karena dipercaya mengandung keberkahan.
Tradisi Ngalungsur Pusaka adalah proses upacara ritual di mana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Siantang). Setahun sekali pusaka tersebut dibersihkan atau disucikan dengan air bunga-bunga.
Kemudian digosok dengan minyak wangi supaya tidak berkarat. Tradisi ini lazim dilakukan oleh masyarakat Kampung Godog, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut Jawa Barat.
Wah unik-unik ya tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia. Semoga bmasih bisa terus lestari seiring berjalannya waktu.