Kesulitan Terima Tamu Saat Pandemi, Para Geisha Jepang Sampai Harus Buka Layanan Online

Reporter : Nasa
Sabtu, 25 Juli 2020 11:35
Kesulitan Terima Tamu Saat Pandemi, Para Geisha Jepang Sampai Harus Buka Layanan Online
Meski begitu mereka tetap mengeluh, karena tak bisa bangun 'perasaan' dengan 'tamu'.

Akibat pandemi, industri hiburan di berbagai belahan dunia mengalami dampak kerugian yang luar biasa. Hal itu juga dialami oleh para Geisha di Jepang. Setelah beberapa saat dihentikan, para Geisha lambat laun mulai merintis kembali profesi mereka.

Namun karena pandemi belum berakhir, para Geisha ini tentu tak bisa bebas berekspresi seperti dulu. Berbagai aturan pembatasan sosial mengurangi interaksi mereka dengan pelanggan. Bahkan para Geisha juga kesulitan untuk kenakan masker.

Menurut info dari laman Union Leader (25/7/2020), para Geisha malah memilih tak kenakan masker, karena penggunaan sanggul mereka yang membuat pemasangan masker jadi cukup sulit. Hal ini tentu membuat situasi mereka jadi tak aman.

Meski sebenarnya juga sudah diterbitkan aturan, bahwa Geisha yang sudah membuka layanan harus menjaga jarak setidaknya 2 meter dari para pengunjung. Sedang hal itu sangatlah tak lazim dilakukan oleh Geisha ketika berinteraksi dengan tamu.

Belum lagi, para Geisha tak boleh bersentuhan dengan tamu. Meski itu hanya bersalaman. Lalu mereka juga tak boleh menuangkan teh untuk tamu. Padahal tradisi menuangkan teh adalah ini layanan hiburan Geisha pada para tamu.

1 dari 4 halaman

Geisha Jepang Buka Layanan Online

2 dari 4 halaman

Layanan Online Malah Seperti Nonton TV

Karena banyaknya pembatasan yang membuat para Geisha tak bisa berinteraksi secara maksimal dengan tamu, akhirnya tak sedikit di antara mereka yang justru memilih untuk membuka layanan dalam bentuk online atau virtual.

" Dengan online, kami dapat konsumen yang lebih muda. Yang nonton lintas gender. Banyak fansku perempuan," kata salah seorang Geisha online, Chacha, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia (25/7/2020).

Meski masih bisa membuka layanan online, para Geisha ini merasakan perbedaan yang sangat signifikan. Dibanding dengan interaksi secara langsung, layanan online ternyata membuat Geisha tak bisa 'layani' dengan perasaan.

" Kalau berdekatan, kami bisa ngobrol pakai perasaan, bercanda. Kalai berjauhan begini, sama kayak nonton TV," kata salah satu Geisha di Tokyo, Ikuko.

3 dari 4 halaman

Geisha Jepang Buka Layanan Online

4 dari 4 halaman

Geisha Hampir Punah

Sejauh ini, Geisha disebut terus mengalami penurunan jumlah signifikan sejak 1920. Saat itu jumlahnya mencapai delapan puluh ribu. Sedang saat ini, diperkirakan hanya ada sekitar 1000-an Geisha di Jepang yang masih eksis.

Jumlah itu tentu berpotensi menurun drastis akibat pandemi COVID-19 yang masih belum berakhir. Selain itu, lamanya proses pelatihan, yakni selama 6 tahun, juga jadi penyebab kenapa populasi Geisha makin terancam punah.

Gimana nih menurutmu soal Geisha yang terancam karena pandemi ini?

Beri Komentar