Lampu Jalan di Jepang Berwarna Biru Untuk Kurangi Angka Kejahatan, Emang Ngaruh Ya?

Reporter : Bagus Prakoso
Rabu, 18 Maret 2020 17:00
Lampu Jalan di Jepang Berwarna Biru Untuk Kurangi Angka Kejahatan, Emang Ngaruh Ya?
Beberapa wilayah di Skotlandia dan jepang menggunakan lampu jalan warna biru untuk mengurangi angka kriminal dan kasus bunuh diri.

Bagi kamu yang belum tahu, Jepang ternyata memilih menggunakan lampu jalan berwarna biru. Namun sebenarnya, cahaya biru ini asalnya ditujukan untuk menonjolkan lanskap area di negara ini.

Namun, tanpa disadari oleh pemerintah tata kota di Jepang, daerah yang menggunakan lampu jalan berwarna biru menjadi lebih aman karena angka tindak kejahatannya mengalami penurunan.

1 dari 2 halaman

Lampu Biru di Jepang

Selain di jalan, ternyata beberapa stasiun kereta api di Jepang ssudah mengganti lampu stasiun mereka menggunakan bola lampu warna biru. Hal ini karena mereka percaya cahaya kebiruan bisa menekan tingkat bunuh diri. Hal ini juga karena tingkat stres di negara ini juga sangat tinggi dan cara yang biasa dilakukan adalah melompat ke kereta api yang sedang melaju kencang.

Dilansir dari berbagai sumber, menurut laporan Mito Office dari Japan Railway Company, sejak mereka menggunakan lampu biru, tingkat bunuh diri menurun drastis, bahkan hilang sama sekali di salah satu stasiun.

2 dari 2 halaman

Menurut Ahli

Lampu Biru di Jepang

Meskipun begitu masih belum ada penelitian yang jelas mengenai hal ini. Bahkan, beberapa ilmuwan meragukan keefektifan sinar lampu berwarna biru ini dalam menurunkan angka kejahatan dan bunuh diri.

Dilansir dari New York Times, Mizuki Takahashi dari Japan Institute of Colour Psychology mengatakan bahwa warna biru seperti langit dan laut memiliki efek menenangkan bagi orang-orang yang gelisah atau terobsesi pada suatu hal, seperti yang biasa dialami oleh orang-orang yang punya niat bunuh diri.

Menurut kamu gimana dengan lampu jalan berwarna biru ini? Apakah efektif jika diterapkan di Indonesia?

Mizuki Takahasi dari Jpaan Institute of Colour Psychology mengatakan kepada New York Times,

Beri Komentar