© Instagram.com/gilkreslavsky
Jembatan sejatinya merupakan sebuah jalan untuk menghubungkan satu daratan dengan daratan yang lain, yang terpisah oleh air ataupun jurang. Namun, seiring berjalannya waktu, jembatan menjadi salah satu konstruksi bangunan yang memamerkan keindahan arsitektur yang khas. Tak sedikit juga jembatan menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Selain keindahan bentuknya, jembatan juga memiliki sejarah yang panjang yang membuatnya lebih istimewa. Salah satunya adalah jembatan U Bein yang ada di Myanmar ini. Beberapa sumber, mengklaim jika U Bein merupakan jembatan tertua terpanjang yang ada di dunia. Seperti apa jembatan ini? Yuk kita telusuri!
Jemabatan U Bein terletak di kota Amarapura, Myanmar. Amarapura sendiri merupakan salah satu kota bersejarah yang ada di Myanmar.
Jembatan U Bein terbentang 1,2 km di atas Danau Taungthaman. Dengan panjang mencapai 1,2 km itu, menjadikan U Bein sebagai jembatan kayu jati terpanjang dan tertua yang ada di dunia.
Melansir dari Atlas Obscura, konstruksi jembatan selesai pada 1851. Pembangunan jembatan inipun memakan waktu sampai sekitar 3 tahun lamanya.
U Bein ditopang oleh 1.086 tiang kayu yang ditancapkan ke dasar danau sedalam dua meter. Dari ujung hingga pangkal, ada sembilan lorong di jembatan yang bisa dilewati oleh perahu. Lorong ini punya panjang 1.209 meter.
Bentuk U Bein tergolong unik, karena melengkung di bagian tengah, sepertu huruf U. Ternyata desain ini memiliki tujuan untuk menahan serangan angin dan air yang mengalir di danau.
Karena terbuat dari kayu, maka gak heran kalau beberapa kayu sudah mulai kropos dan reot. Untuk itu, beberapa pilar telah direnovasi dan diganti dengan beton. Karena itulah, jembatan ini tergolong berbahaya untuk pengguna jalan, ditambah lagi tidak adanya pembatas jembatan.
Barani ke sini?
Amarapura sendiri dibangun pada Mei 1783 sebagai ibukota dari Dinasti Konbaung. Ibukata ini bertahan hingga 1857, ketika Raja Mindon mulai membangun ibukota baru di Mandalay, 11 kilometer ke arah Utara dari Amarapura.
Karena keuangan negara menipis akibat perang kedua Anglo-Burma pada 1852, Mindon memutuskan untuk menggunakan kembali material dari Amarapura dalam pembangunan di Mandalay. Istana kerajaan lama dibongkar lalu dipindahkan ke lokasi baru.
Tembok kota diturunkan dan dijadikan bahan material untuk jalan dan jalur kereta. Nah, kayu sisa dari istana dan kuil dijadikan bahan baku pembangunan dan jembatan.