Sering Dikaitakan dengan Kehidupan Malam, Ini Peran Penting Geisha dalam Sejarah Jepang

Reporter : Bagus Prakoso
Sabtu, 27 Februari 2021 13:00
Sering Dikaitakan dengan Kehidupan Malam, Ini Peran Penting Geisha dalam Sejarah Jepang
Meskipun sering dikaitkan dengan konotasi negatif, Geisha ternyata memiliki peran yang cukup penting dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Jepang.

Jepang merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup digemari. Selain menawarkan wisatanya yang menarik, Jepang juga punya budaya-budaya unik yang patut diketahui oleh para wisatawan.

Budaya merupkan hal yang sangat dijunjung di Jepang. Bahkan hingga saat ini, Jepang masih melakukan beberapa festival yang berkaitan dengan budaya-budaya tradisional. Nggak heran jika masyarakat sangat menggemari negeri Samurai ini.

Bicara soal Samurai, Jepang memang identik dengan prajurit gagah perkasa ini. Karena itulah Jepang selalu dijuluki dengan negeri Samurai. Selain Samurai, salah satu sosok yang paling ikonik di Jepang adalah Geisha.

Mungkin, di antara kalian jika mendengar kata Geisha, yang terbayang adalah wanita penghibur yang erat kaitannya dengan kehidupan malam. Karena itulah Geisha selalu dipandang rendah oleh beberapa kalangan. Padahal, bukan begitu kenyataannya. Nah, biar nggak salah paham, yuk kita jalan-jalan sambil mengenal siapa sih Geisha sebenarnya!

1 dari 6 halaman

Geisha Sebagai Pelindung Seni dan Budaya Jepang

Ilustrasi Geisha

Geisha digambarkan sebagai wanita berpupur putih di wajah dengan bibir dan pipi merah lalu berjalan anggun dengan tenang mengenakan baju kimono.

Melansir dari Culture Trip, Gesha merupakan pekerja seni dan budaya Jepang. Ia memiliki peran sebagai penghibur masyarakat. Karena itulah, Geisha sejatinya dianggap sebagai pelindung budaya dan adat kuno di Jepang.

Mereka merupakan seniman yang menghibur tamunya dengan beragam cara. Menemani berbincang, bernyanyi, menari, hingga minum teh.

Geisha berasal dari bahasa Jepang yaitu Gei 'seni' dan Sha 'pelaku' yang berarti pelaku seni atau seniman. Dalam budaya tradisional ataupun kontemporer, geisha biasanya disewa sebagai guru budaya.

2 dari 6 halaman

Geisha Dulunya Adalah Laki-Laki

Rupanya, jauh sebelum kita mengenal Geisha sebagai perempuan, ternyata Geisha dulunya merupakan seorang laki-laki lho. Geisha laki-laki ini sering disebut Taikomochi yang sudah ada sejak abad ke-13. Tugasnya sama, yakni menghibur para tamu dengna menampilkan budaya klasik Jepang.

Lalu, saat Zaman Edo, tepatnya abad ke-18, Taikomochi yang diperankan laki-laki beralih ke Geisha yang diperankan oleh perempuan. Hanya perlu 25 tahun, Geisha wanita jadi kian populer. Bahkan, jumlahnya melampaui taikomochi.

3 dari 6 halaman

Proses Panjang Menjadi Seorang Geisha

Ilustrasi Geisha

Pusat Geisha berada di Kyoto dari dulu hingga sekarang. Geisha di Kyoto dikenal denegan nama Geiko. Sementara Geisha pemula dikenal sebagai Maiko.

Nah, Maiko merupakan perempuan berusia sekitar 15-20 tahun. Sementara di Luar Kota Kyoto, mereka dikenal sebagai Hangyouku.

Untuk bisa menjadi Geisha ternyata bukan hal yang mudah. Seorang wanita harus berlatih dulu selama 5 tahun untuk bisa menjadi Geisha. Ia mesti memahami cara merangkai bunga, menari, dan bernyanyi lagu tradisional. Selain itu, perempuan harus bisa memainkan alat musik tradisional seperti shamisen. Perempuan yang hendak menjadi Geisha juga harus mengerti upacara minum teh.

Geisha berpengalaman biasanya memiliki kelebihan yang lebih daripada kemampuan dasar di atas. Geisha berpengalaman memiliki etika yang baik dan mampu menghibur kliennya dengan baik.

Karena itu, meskipun telah menjadi geiko, para wanita akan tetap mengambil kelas seni dan budaya untuk belajar serta belatih demi untuk mengasah keterampilannya.

Geisha dengan kemampuan bercakap yang baik, keindahan tarian yang mereka bawakan cara mereka dalam menjamu tamu merupakan ciri kemewahan yang dimiliki seorang Geisha.

4 dari 6 halaman

Geisha Merupakan Wanita Berkelas

Ilustrasi Geisha

Proses panjang untuk menjadi Geisha menjadikan Geisha sebagai wanita yang berkelas. Geisha tak bisa sembarangan disewa orang. Geisha juga tak sembarangan diperlakukan.

Geisha biasanya disewa oleh orang-orang kaya. Bahkan, dalam acara peretemuan, seseorang yang membawa Geisha dinilah memiliki status sosial yang tinggi.

Karena itu, Geisha dianggap sebagai orang-orang yang terpelajar dan hingga kini masih tetap ada.

Sayangnya, Geisha sering kali dianggap sebagai wanita penghibur yang mengarah pada hal seksualitas. Padahal, umumnya Geisha tak melakukan hubungan fisik dengan setiap kliennya.

5 dari 6 halaman

Wisata Geisha

Ilustrasi Geisha

Saat ini, Geisha menjadi budaya yang dijadikan wisata sejarah di Jepang sendiri. Kyoto yang menjadi pusat Geisha memiliki beberapa tempat wisata yang menunjukan Geisha itu sendiri.

Melansir dari his-travel, Gion Corner merupakan tempat yang tepat untuk melihat Geisha dengan budget terbatas. Lokasinya berada di Yasaka Hall, di sebelah teater Gion Kobu Kaburenjo.

Di sini, kamu bisa melihat beragam seni tradisional Jepang dalam satu pertunjukan. Selain itu, terdapat juga Maiko Gallery yang memamerkan video tarian, hiasan rambut yang dipakai Maiko, dan aksesoris lainnya yang dipamerkan.

Di akhir pertunjukan kamu akan disambut beberapa Maiko yang hadir dan menarikan tarian tradisional Jepang. Untuk bisa menikmati wisata budaya ini, kamu hanya perlu membayar 3.150 yen atau sekitar Rp 422 ribu.

Beri Komentar