© Unsplash.com/Nicolas Hans
Di dunia ini, ada beberapa cara untuk mengubur jasad orang yang sudah meninggal dunia. Seperti dikubur dalam tanah, dikremasi, ataupun dijadikan mumi.
Di Jepang sendiri, ternyata terdapat suatu tradisi yang cukup ekstrem. Ya, para biksu punya tradisi bunuh diri dengan cara menjadikan dirinya mumi. Seperti apa tradisi ini?
Ya, ritual ini bernama sokushinbutsu. Rupanya, ini adalah proses memuifikasi diri para biksu Jeapng untuk memakamkan dirinya dalam meditasi yang abadi.
Melansir dari Atlas Obscura, ritual sokushinbutsu adalah proses panjang yang mengantarkan biksu menunju alam kematian. Ritual ini biasa dilakukan oleh sekte Buddha Vajrayana di Jepang yang dikenal dengan Shingon.
Para biksu akan mengubah tubuh mereka menjadi mumi saat mereka masih hidup agar menjadi sokushinbutsu, 'Buddha dalam daging atau Buddha yang hidup'.
Rupanya, ritual ini sudah dilakukan para biksu di Jepang sejak ribuan tahun lalu. Orang pertama yang bercita-cita jadi mumi hidup adalah seorang bernama Kukai. Kukai merupakan biksu Buddha yang hidup 1.000 tahun lalu.
Kukai dan para pengikutnya meyakini jika kekuatan spiritual dan pencerahan bisa dicapai melalui penyangkalan diri dangaya hidup asketisme. Tujuannya untuk meninggalkan batasan dunia fisik dan menjadi sokushinbutsu.
Untuk mencapai ini, Kukai menjalani proses yang bisa mengubah tubuhnya jadi mumi saat dia hidup.
Ada tiga tahap panjang dan keras yang menyakitkan yang dilakukan para biksu. Tahap ini berlangsung selama 1.000 hari.
Selama 1.000 hari pertama, para biksu berhenti makan kecuali kacang-kacangan, biji-bijian, buah, dan beri-berian. Selain itu, mereka juga melakukan aktivitas fisik yang ekstensif untuk menghilangkan semua lemak tubuh.
Kemudian, 1.000 hari berikutnya, mereka hanya makan kulit kayu dan akar. Kemudian, menjelang akhir periode ini, mereka akan meminum teh beracun yang terbuat dari getah pohon Urushi, yang menyebabkan mereka muntah hingga kehilangan cairan tubuh dengan cepat.
Teh ini bertindak sebagai pengawet dan membunuh belatung dan bakteri yang menyebabkan tubuh busuk setelah kematian. Tahap akhir, setelah lebih dari enam tahun persiapan yang sangat menyiksa itu, para biksu akan mengunci dirinya di dalam kuburan batu yang sangatlah sempit. Para biksu akan masuk ke sana dalam keadaan melakukan meditasi.
Setiap harinya, para biksu akan membunyikan lonceng untuk memberi tahu jika mereka masih hidup. Saat bel berhenti berdering, tabung itu dilepas dan kuburan disegel selama periode seribu hari terakhir dari ritual tersebut.
Di akhir periode ini, kuburan akan dibuka untuk melihat apakah para biksu berhasil membuat dirinya jadi mumi. Jika ditemukan dalam keadaan terawetkan, biksu itu dinaikkan statusnya jadi seorang Buddha.
Jasad akan dikeluarkan dari kubur dan biksu akan ditempatkan di sebuah kuil tempat dia disembah dan dipuja.
Namun, jika jasad seorang biksu dalam keadaan busuk, jasad akan kembali dkubur di makamnya dan dihormati karena daya tahannya, namun tak disembah.
Praktik Mumifikasi ini dilakukan hingga abad ke-19. Saat itu, pemerintah Jepang menganggapnya sebagai bentuk bunuh diri.
Kini ritual ini sudah tak dianjurkan untuk dipraktikan oleh sekte Buddha mana pun.
Menurut beberapa sumber, hanya 28 biksu yang berhasil mencapai mumifikasi. Biksu-biksu tersebut dapat ditemukan di beberapa kuil yang ada di Jepang. Salah satunya yang paling terkenal adalah Shinnyokai Shonin dari Kuil Dainichi-Boo di Gunung Yudono.
Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah