© Washingtonpost.com
Ada sebuah kota baru di daerah Palestina yang terletak di dataran tinggi antara Ramallah dan Nablus. Namanya adalah Rawabi, yang dibangun untuk menandingi hunian ilegal Israel di tepi barat. Kota ini adalah kota yang dibangun sejak ratusan tahun terakhir oleh Palestina. Terletak di dataran tinggi antara desa Ajul, Abwin dan Atara, Ramallah berbatasan langsung dengan pemukiman Ateret Israel dari sebelah barat.
Rawabi ini sebenarnya sudah digagas sejak 2007 lalu oleh pengusaha Palestina bernama Bashar Al-Masri, dan mulai dibangun tahun 2010 melalui dana bantuan perusahaan Qatar senilai 1,5 miliar Dolar. Perusahaan swasta Palestina ini ikut berpartisipasi membangun infrastruktur kota, seperti jalan, saluran air, listrik, saluran pembuangan, gas, dan jaringan telepon.
Bendera palestina yang dikibarkan di tengah kota mengukuhkan kembali identitas Palestina. Bukannya tanpa kendala, sejak awal didirikannya kota ini, pemukiman Israel telah menyerang pekerja konstruksi serta berupaya menurunkan bendera Palestina di kota Tersebut. Bahkan, sejumlah warga Palestina juga terlibat bentrok dengan pendatang Israel terkait lahan yang digunakan untuk membangun kota itu.
Tekanan itu dilakukan untuk menghalangi pertumbuhan kota Rawabi. Israel menganggap Rawabi menjadi batu penghalang perluasan pemukiman dan aneksasi wilayah di lokasi tersebut.
Sekitar 3.000 warga Palestina yang tinggal di Rawabi sebagian besar berasal dari kota suci Al-Quds dan kota lain yang telah diduduki Israel pada tahun 1948. Para arsitek sudah memperkirakan bahwa Rawabi mampu menampung 40 ribu jiwa di 22 distrik. Setelah tertunda selama dua tahun, pihak berwenang Israel akhirnya setuju untuk memasok air dari Perusahaan air Israel.
Sayangnya, Tel Aviv (Ibu Kota Israel) menolak perluasan jalan yang cukup mengakomodasi jalur lalu lintas menuju kota tersebut. Kota ini memiliki pusat lembaga medis, sekolah, lembaga pendidikan dan masjid.