© Flickr.com/I Gede Sanat Kumara
Hari Raya Galungan dan Kuningan memang hari yang ditunggu oleh para umat hindu di Indonesia terutama di Bali. Pasalnya, perayaan ini adalah hari perayaan kemenangan kebajikan melawan kebatilan. Uniknya, Hari raya ini dilakukan dua kali dalam setahun.
Tahun ini, hari raya galungan dilakukan 19 Februari lau dan juga 16 September hari ini. Nah, dalam perayaan hari raya Galungan dan Kuningan ini, ternyata bali punya beragam tradisi unik yang memang hanya ada ketika hari raya galungan saja. Apa aja itu?
Perang Jempana menjadi salah satu tradisi yang ada dalam perayaan Hari Raya Galungan. Perayaan ini dilakukan dengan mengusung tandu (Jempana) yang berisi sesajen dan simbol Dewata. Kemudian, puncak tradisi ini adalah Ngambeng Jempana, yaitu saling dorong antar warga yang membawa jempana sambil diiringi musik tabuhan gong baleganjur.
Setelah perang jempana dihentikan, pemangku memercikkan air suci dan para dewa yang dilambangkan dengan uang kepeng dan benang tridatu dikeluarkan dari jempana dan ditempatkan kembali dalam pura.
Ketika Hari Raya Galungan dirayakan, Jajaran Penjor akan terlihat di berbagai sudut kota maupun desa. Pemasangan penjor ini dilakukan sehari sebelum hari raya Galungan.
Ternyata, pemasangan penjor ini punya makna tertentu. Penjor upacara dibuat menggunakan tiang b ambu tinggi melengkung setinggi 10 meter yang menggambarkan gunung tertinggi. Dihiasi berbagai hiasan janur yang dilengkapi hasil-hasil bumi, kue, serta kain putih atau kuning, merupakan wujud syukur dan bakti pada berkat tuhan.
Selain itu, bagi masyarakat Hindu, penjor punya arti bahwa manusia harus selalu melihat ke bawah dan menolong orang lain. Sama seperti ujung penjor yang melengkung ke bawah.
Ngelawang Barong ini adalah salah satu tradisi yang dilakukan ketika perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Tradisi ini dilakukan dengan mengarak barong bangkung dari rumah ke rumah sambil diiringi suara gamelan.
Masyarakat Bali percaya, melalui Ngelawang Barong, akan bisa menolak bala, mengusir roh jahat, dan melindungi penduduk dari wabah penyakit.
Gerebeg Mekotek adalah tradisi yang ada dalam Hari Raya Galungan dan Kuningan. Gerebek Mekotek juga salah satu tradisi tolak bala sama halnya dengan Ngelawang Barong.
Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan kayu spenajang 2,5 meter yang telah dikupas kulitnya, kemudian ditumpuk menjadi piramida. Salah satu orang yang menjadi komando untuk memberi aba-aba ada di atas puncak piramida tumpukan kayu. Ia akan mengarahkan kelompoknya untuk menabrak kelompok lain.
Tradisi ini, selain menolak bala, juga dipercaya sebagai permohonan untuk mendapat berkah dan meminta kesuburan lahan pertanian.
Ngurek memang seperti tradisi debus. Tradisi Ngurek ini menggunakan senjata tajam untuk melukai diri sendiri saat sesorang dalam kondisi tidak sadar atau kesurupan.
Ngurek berasal dari kata Urek yang berarti melubangi atau menusuk. Namun, para partisipan yang melakukan ngurek tidak akan terluka sedikitpun karena dalam keadaan kerasukan roh.
Tradisi Ngurek adalah manifestasi pengabdian pada Sang Hyang Widhi Wasa.