© National Science Foundation/Peter Rejcek
Wisata Air Terjun merupakan salah satu wisata yang cukup digemari oleh para penggila wisata alam. Dengan menawarkan sensasi air yang terjatuh dari ketinggian, suara gemuruh dengan suasana alam sangat menyejukkan hati dan pikiran.
Namun, apa yang ada di bayanganmu ketika mendengar kata Air Terjun Berdarah? Yang pastinya adalah cerita horor yang cukup mengerikan, ya?
Namun, Air Terjun Berdarah ternyata beneran ada, lho. Tepatnya di Antartica. Terlihat sangat jelas darah merah mengucur yang mengucur bak air terjun. Seperti apa air terjun berdarah ini? Melansir dari Atlas Obscura, berikut ulasannya!
Air Terjun berdarah atau Blood Falls ini terletak di sekitar Lembah kering McMurdo, Antartika. Ya, yang membuatnya unik adalah aliran merah yang mirip darah. Nggak heran kalau tempat ini dijuluki air terjun berdarah.
Air terjun ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli geologi Australia bernama Grifith Taylor pada 1911. Para peneliti sebelumnya mengira jika warna merah ini adalah warna dari alga merah. Namun, hampir 100 tahun setelah air terjun ini ditemukan, para peneliti berteori jika warna merah tersebut berasal dari proses oksidasi besi dan air yang berasal dari danau air asin bawah tanah.
Para peneliti menemukan danau berusia 5 juta tahun di bawah Taylor Glacier. Menurut ilmuwan, ketika air danau keluar ke permukaan, air asin teroksidasi saat bersentuhan dengan udara. Cairan yang dikeluarkan bahkan masih berbentuk cairan besi yang berada di dalam gletser yang membeku.
Air Terjun Berdarah ini memiliki ketinggian hingga 30 meter. Meskipun begitu, Air Terjun Berdarah ini menawarkan sebuah pemandangan indah yang unik. Namun, tempat ini masih dalam tahap penelitian sehingga sangat tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai tempat wisata.